Sebelum masuk ke Obat Sistem Saraf Otonom, ada baiknya kita ketahui dulu apa itu sistem syaraf, barulah saya menerangkan tentang sistem saraf otonom, nah udah ini baru obat sistem saraf otonomnya. oke!
Sistem Saraf
System saraf adalah serangkaian organ kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf yang bekerja sama dan mengolah informasi untuk menghasilkan suatu reaksi.
nah sistem saraf ada beberapa jenis yaitu :
a) Sistem saraf perifer (terletak diluar otak dan medulla spinalis)b) Sistem sarf pusat (terletak di otak dan medulla spinalis)
c) Divis eferen (neuron yang membawa sinyal dari otak dan medulla spinalis ke jaringan tepi)
d) Divisi aferen (neuron yang membawa informasi dari jaringan perifer ke SSP)
e) Sistem saraf otonom (tidak dipengaruhi oleh kesadaran)
f) Sistem saraf Somatik (dipengaruhi oleh kesadaran)
g) Simpatis (mempertahankan derajat keaktifan dan juga kemampuan untuk memberikan respon pada situasi stress)
h) Parasimpatis (menjaga fungsi tubuh esensial misalnya: proses pencernaan makanan dan penguraian zat-zat sisa) paaa umumnya, kerja simpatis dan parasimpatis adalah berlawanan, tetapi ada juga yang kerjanya secara searah.
Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Di dalam sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Selain itu, fungsi saraf otonom pada sistem saraf simpatik, diantaranya sebagai berikut :
1.memperbesar pupil.
2.menghambat aliran ludah.
3.mempercepat denyut jantung.
4.mengecilkan bronkus.
5.menghambat sekresi kelenjar pencernaan.
6.menghambat kontraksi kandung kemih.
Sedangkan, fungsi saraf otonom pada sistem saraf parasimpatik, diantaranya sebagai berikut :
1.mengecilkan pupil.
2.menstimulasi aliran ludah.
3.memperlambat denyut jantung.
4.membesarkan bronkus.
5.menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan.
6.mengerutkan kantung kemih (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).
Kelenjar saliva merupakan salah satu kelenjar dalam sistem pencernaan yang akan meningkat aktivitasnya jika distimulasi oleh sistem saraf parasimpatik atau oleh obat-obat parasimpatomimetik. Tetapi sebaliknya, jika diberikaan obat-obat yang aktivitasnya berlawanan dengan sistem parasimpatik atau bersifat parasimpatolitik, maka aktivitas kelenjar saliva akan menurun.
Obat Sistem Saraf Otonom
Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.Pembagian Obat Otonomik
1. Menurut khasiatnya, obat otonomik dibagi menjadi :
a. Zat yang bekerja terhadap SSO, yaitu :
1) Simpatomimetika ( adrenergika )
Obat ini disebut obat adrenergika
karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan
epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik
atau simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam 6 jenis yaitu:
a) perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darahn
kulit dan mukosa, kelenjar liur dan keringat
b) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan
pembuluh darah otot rangka
c) perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi
d) perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan,
kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan
e) efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan
otot, lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
f) efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin
dan hormon hipofisis.
Contoh Obat Adrenergika
(1) Epineprin
(2) Norepineprin
(3) Isoproterenol
(4) Dopamin
(5) Dobutamin
(6) Amfetamin
(7) Metamfenamin
(8) Efedrin
(9) Metoksamin
2) Simpatolitika ( adrenolitika )
Penghambat adrenergik atau
adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik.
Efek Simpatoli
a) Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)
b) Menurunkan denyut nadi
c) Konstriksi bronkiolus
d) Kontraksi uterus
e) Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2
Berdasarkan cara kerjanya obat ini
dibedakan menjadi :
(1) Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker).
yaitu obat yang menduduki
adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk
berinteraksi dengan obat adrenergik. Penghambat adrenoseptor ini dibagi menjadi
dua yaitu :
Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)
· Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi
untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan adrenergik.
· Efek vasodilatasi → TD turun, dan terjadi reflek stimulasi
jantung
· Efek samping: hipotensi postural
· Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin
(dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin),
prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan yohimbin.
Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan
syok.
Antagonis adrenoseptor beta (beta
bloker)
· Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi
(eksogen dan endogen) pada adrenosptor beta
· Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol → beta
bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada reseptor beta1 daripada
beta2)
· Efek: denjut dan kontraksi jantung ↓, TD ↓,
· Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol,
bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol, atenolol
· Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme,
gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat (infark, aritmia), hipoglikemia,
gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia
· Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol,
propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya.
(2) Penghambat saraf adrenergik
yaitu obat yang mengurangi respons
sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat
yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin,
guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini
umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
(3) Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral.
yaitu obat yang menghambat
perangsangan adrenergik di SSP.Obat penghambat adrenergik sentral atau
adrenolitik sentral yaitu klonidin dan metildopa yang
dipakai sebagai obat antihipertensi.
3) Parasimpatomimetika ( kolinergika )
Obat yang merangsang organ-organ
yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan dengan
asetilkolin.
Penggolongan Kolinergik
a. Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
b. Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil
fluorofosfat)
c. Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin,
pilokarpin, arekolin)
Farmakodinamik Kolinergik
a. Meningkatkan TD
b. Meningkatkan denyut nadi
c. Meningkatkan kontraksi saluran kemih
d. Meningkatkan peristaltik
e. Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
f. Konstriksi pupil mata (miosis)
Efek Samping
a. Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
b. Iskemia jantung, fibrilasi atrium
c. Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi
a. Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan
singkat), meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus,
intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
b. Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik),
miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan
miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi
kolinergik sentral)
4) Parasimpatolitika ( antikolinergika )
Obat antikolinergik (dikenal juga
sebagai obat antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Obat
antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan
mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis obat
antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai antispasmodik,
propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus peptikum, karamifen
digunakan untuk penyakit parkinson.
Efek Anti Kolinergik
a. Meningkatkan denyut nadi
b. Mengurangi sekresi mukus
c. Menurunkan peristaltik
d. Meningkatkan retensi urine
e. Dilatasi pupil mata (midriasis)
Contoh obat-obat antikolinergik
adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium bromida dan
sebagainya. Atropin
a. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen
b. SSP → merangsang n.vagus → frekuensi jantung berkurang
c. Mata → midriasis
d. Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut, farink dan
bronkus
e. Kardiovaskuler → frekuensi berkurang
f. Saluran cerna → antispasmodik (menghambat peristaltik
lambung dan usus)
g. Otot polos → dilatasi saluran kemih
h. Eksokrin → saliva, bronkus, keringat → kering
i. Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata → masuk hidung
→ absorbsi sistemik → keracunan
Efek samping
Mulut kering, gangguan miksi,
meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah
Indikasi
Penggunaan obat ini untuk merangsang
susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan sebagainya,
antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi
sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan
frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna
(menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan
menghambat sekresi asam lambung).
Mekanisme Kerja Obat Otonomik
1. Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral/transmitor dengan cara menghambat atau mengintensifkannya.2. Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme.
3. Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas oleh obat tersebut.
Nah itu tadi sekilas tentang obat SSO (sekilasnya segitu panjangnya).. Semoga bermanfaat.. :D
0 comments:
Post a Comment